Jumat, 29 Juli 2022, unit PKRS mengadakan penyuluhan tentang Retinopati Diabetik di ruang tunggu Poliklinik dengan narasumber dr. Intan Cendana Sari.

Diabetic retinopati mungkin penyakit yang masih asing didengar oleh telinga masyarakat. Penyakit ini sesuai nama depannya “diabetic” memang mempunyai hubungan dengan penyakit diabetes atau yang lebih dikenal dengan penyakit kencing manis. Lalu kata “retinopati” bermakna gangguan atau penyakit pada retina mata yang menyebabkan gangguan pada penglihatan. Jadi bila digabungkan maka pengertian dari diabetic retinopati adalah salah satu bentuk komplikasi dari penyakit diabetes mellitus, di mana kadar gula yang tinggi pada akhirnya mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah retina mata. Kerusakan tersebut terjadi terutama pada jaringan retina mata yang sensitive terhadap cahaya sehingga penglihatan menjadi terganggu. Kondisi ini dapat diderita oleh siapapun yang menderita diabetes tipe 1 ataupun tipe 2. Umumnya penyakit diabetic retinopati terjadi pada penderita diabetes selama bertahun-tahun dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol atau tidak rutin berobat.

Jumlah penderita diabetic retinopati cukup tinggi karena penyakit diabetes mellitus masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia. Penderita diabetic retinopati tidak berbatas hanya pada pasien berusia lanjut tetapi juga dapat mengenai pasien usia produkif. Secara epidemiologis tercatat bahwa penyakit retinopati dapat mengenai pasien diabetes mellitus mulai rentang usia 20 tahun. Tidak hanya itu, gangguan penglihatan akibat diabetic mellitus dapat bervariasi mulai dari ringan hingga tingkat yang paling berat yaitu kebutaan total. Berbagai penelitian mencatat bahwa penyakit diabetic retinopati adalah salah satu penyebab kebutaan yang paling sering pada rentang usia 20-74 tahun. Fakta ini membuktikan bahwa penyakit ini harus diberikan terapi secepat mungkin sehingga kebutaan pada usia muda atau usia produktif dapat dihindari. Jumlah kasus penyakit diabetic retinopati pada pasien diabetes mellitus di Indonesia telah mencapai angka 42,6%.

Pasien diabetes mellitus baik tipe 1 ataupun tipe 2 selain wajib memeriksa kadar gula secara berkala, juga perlu mengenali gejala diabetic retinopati sedini mungkin sehingga dapat diterapi lebih cepat dan diharapkan gangguan penglihatan yang paling berat yaitu kebutaan dapat dicegah. Adapun gejala penyakit diabetic retinopati yang pertama adalah penglihatan yang menurun secara perlahan-lahan. Pasien umumnya tidak akan menyadari hal ini pada tahap awal dan saat terjadi gangguan yang lebih berat maka pasien kemudian memeriksakan dirinya ke dokter. Namun gejala diabetic retinopati berupa gangguan penglihatan juga dapat terjadi secara tiba-tiba dimana pasien menjadi buta secara mendadak. Apabila hal ini terjadi maka harus segera diberikan terapi secepat mungkin untuk menyelamatkan penglihatan. Jika tidak diberikan pengobatan segera maka akan menjadi kebutaan permanen. Gejala diabetic retinopati selanjutnya adalah seperti tampak benda atau bercak hitam yang melayang-layang di lapangan pandang. Maka saat melihat seperti ada bagian berwarna hitam yang menghalangi perlihatan. Ilustrasi gangguan penglihatan yang dimaksud dapat dilihat pada contoh gambar. Tampak pandangan menjadi kabur, detail-detail halus sulit terlihat, warna menjadi kabur dan pada bagian tertentu di lapangan pandangan seperti terdapat bagian hitam yang menutupi. Gejala lainnya yang dapat timbul antara lain penglihatan menjadi berbayang, penglihatan warna menjadi terganggu dan dapat timbul rasa nyeri pada mata atau tampak kemerahan pada mata.

Durasi penyakit diabetes yang lama atau bertahun-tahun dan kadar gula darah yang tidak terkontrol seperti yang telah disebutkan sebelumnya adalah penyebab timbulnya diabetic retinopati. Namun selain hal-hal tersebut, terdapat berbagai faktor yang dapat memperberat penyakit ini antara lain pasien dalam kondisi hamil, terdapat penyakit lain seperti darah tinggi atau hipertensi dan kadar kolesterol darah yang tinggi, merokok, ras hispanik, pasien kulit hitam atau penduduk asli Amerika dan pasien sindrom down. Pasien diabetes mellitus dengan berbagai faktor tadi sebaiknya lebih waspada akan kemungkinan timbulnya diabetic retinopati.

Lalu bagaimana cara dokter memeriksa penyakit ini? Dokter akan melakukan pemeriksaan kedua mata menggunakan alat bernama slit lamp dan secara lebih lanjut akan dilakukan pemeriksaan retina/lapisan saraf mata atau pemeriksaan funduskopi. Pada pemeriksaan ini pasien akan diberikan obat tetes mata khusus bernama tetes mata tropikamid 0.5% yang bertujuan untuk melebarkan pupil atau anak mata sehingga akan mempermudah prosedur pemeriksaan. Setelah anak mata telah melebar maka dokter dapat melihat ke retina yang berada di bagian dalam bola mata. Retina mata normal tampak permukaan retina halus dan berwarna merah muda. Jika dibandingkan dengan retina yang menderita diabetic retinopati tampak bercak warna kehitaman atau pada area tertentu berwarna lebih pucat. Area-area tersebut merupakan area yang “sakit” sehingga menyebabkan gangguan penglihatan. Kelainan retina lain yang dapat timbul yaitu terlepasnya lapisan retina akibat traksi/tarikan. Pada kondisi ini pasien akan mengalami kebutaan mendadak.

Penyakit ini dapat kita cegah, berikut beberapa hal yang dapat kita lakukan yaitu berobat secara teratur untuk mengkontrol kadar gula darah, berolahraga atau melakukan aktivitas fisik selama 30 menit/hari, minimal 5 kali dalam 1 minggu, berhenti mengomsumsi minuman beralkohol, menurunkan berat badan pada pasien obesitas, berhenti merokok dan konsumsi diet seimbang dengan menghindari asupan gula, garam dan lemak yang berlebih. Pasien diabetes mellitus juga diharapkan mengenai jenis diabetesnya. Secara umum terdapat 3 jenis diabetes mellitus yaitu tipe 1, tipe 2 dan diabetes dalam kehamilam/gestasional. Pasien diabetes tipe 1 disebabkan penyakit autoimun dan membutuhkan suntikan insulin secara berkala. Sedangkan pasien diabetes tipe 2 disebabkan gaya hidup tidak sehat dan sering kali disertai dengan penyakit lain seperti hipertensi/hiperkolesterolemia. Kemudian diabetes dalam kehamilan disebabkan gabungan faktor genetic dan faktor resiko lingkungan yang menyerang ibu hamil. Biasanya kadar gula darah akan kembali normal setelah bayi lahir.

Setelah pasien mengenali jenis diabetesnya maka disarankan untuk melakukan pemeriksaan mata secara berkala. Pasien diabetes mellitus tipe 1 sebaiknya melakukan pemeriksaan mata 5 tahun setelah terdiagnosis. Sedangkan pasien diabetes mellitus tipe 2 melakukan pemeriksaan mata segera setelah terdiagnosis. Setelah itu, baik pasien diabetes tipe 1 dan 2 disarankan minimal melakukan pemeriksaan mata 1 tahun sekali. Pasien diabetes tipe 1 dan 2 yang sedang hamil disarankan melakukan pemeriksaan mata segera setelah mengetahui dirinya hamil & pada awal trimester pertama. Pemeriksaan retina mata selanjutnya akan ditentukan dokter berdasarkan tingkat keparahan penyakit. Pilihan terapi untuk penyakit diabetic retinopati adalah menyuntikan obat ke dalam mata, melakukan operasi bernama vitrektomi atau terapi laser/fotokoagulasi. Jenis terapi yang diberikan dapat berbeda bergantung kondisi masing-masing pasien. Kunci terapi diabetic retinopati adalah kontrol kadar gula darah dan terapi sedini mungkin untuk mencegah kebutaan.